Demokrasi dan Pembebasan
Oleh : Masngud Zauzi
Manusia adalah pemilik ”kekuasaan” di muka bumi ini. Setiap penguasa memiliki kebebasan untuk mengelola dan memanfaatkan segala sumber daya yang terdapat dalam wilayah kekuasaannya. Namun kebebasan tersebut tentunya memiliki batasan, hal ini dikarenakan di atas penguasaan tersebut ada penguasa yang Maha Kuasa, yaitu Tuhan semesta alam. Menurut Asghar Ali Enginner, salah satu fungsi Tuhan yang paling esensial adalah rubbubiyah yang di definisikan oleh imam Raghib Isfahani sebagai pembimbing ciptaan-Nya melalui tahap-tahap evolusi yang berbeda menuju arah kesempurnaan.
Melihat kondisi manusia yang pada hari ini berada dalam tataran haus akan kekuasaan, maka perlu adanya ”pelurusan motivasi” dalam menuju istana penguasaan yang diinginkannya. Oleh karena itu, pemahaman akan kemampuan manajemen hati dan pemikiran sangatlah diperlukan dan harus tersampaikan pada kalangangan yang lebih luas (stakeholder). Nabi muhammad telah mengajarkan tentang manajemen hati dan pemikiran yang beliau sampaikan atau tuangkan dalam piagam Madinah (Sahifah). Sebuah perjanjian yang mampu mengakomodir segala kepentingan bersama antara kaum muslimin dan umat yang berada diluar umat muslim.
Nicholson mengatakan, ”tidak seorang peneliti pun yang tidak terkesan pada kejeniusan politik penyusunnya (Nabi Muhammad). Nyatalah bahwa memperbaharui dengan hati-hati dan bijaksana adalah realitas suatu revolusi. Muhammad tidak menyerang secara terbuka independensi suku-suku tersebut, tetapi memusnahkan pengaruhnya dengan mengubah pusat kekuatan dari suku ke masyarakat”.
Muhammad SAW menyusun suatu persetujuan yang menetapkan ketentuan-ketentuan yang disepakati bersama, bukan mendirikan sebuah ”negara teologis”. Semua kelompok agama dan kelompok suku diberikan otonomi penuh untuk memelihara tradisi dan kebiasaan masking-masing. Melihat dari pendapat di atas, akan memunculkan pertanyaan; ”sudahkah para pemimpin kita mampu menciptakan dan menawarkan pemikiran yang cemerlang, secermerlang pemikiran nabi Muhammad SAW? Kondisi yang ada hari ini adalah para penguasa hanya mampu menawarkan dan melontarkan pemikiran-pemikiran radikal yang dapat memecah-belah keharmonisan umat yang telah tercipta dan terjalin begitu lama. Atau hanya mampu melontarkan pemikiran yang menjadi bola panas untuk meraup keuntungan pribadi. Pemimpin bangsan hanya mementingkan kelompoknya sendiri dan mengutamakan kepentingan golongannnya sendiri dibanding kepentingan umat (orang banyak).
Islam, pada masa kejayaannya mampu memberikan terobosan yang sangat luar biasa bagi dunia. Islam mampu menguasai wilayah laut merah dan mampu memberikan kesejahteraan masyarakat yang hidup dii wilayah tersebut. Hal tersebut dapat terjadi karena Islam mampu mempertahankan nilai-nilai yang di ajarkan oleh al-Qur’an seutuhnya. Sesuatu yang sangat kontradiksi dengan kondisi yang ada saat ini. Pada masa awal Islam, motif utama yang menjadi tugas agam ini adalah pembebasan. Pembebasan yang mencakup masalah perbudakan, penindasan, penghapusan praktek riba yang dilakukan para pedagang, penghilangan hak-hak asasi manusia, dan segala pembebasan yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai Qur’ani. Setelah imperium Bynzantium dan saat Persia berhasil ditaklukan, Islam berubah menjadi feodal dan menjadi kekuatan eksploitatif yang terlembaga selama beberapa dekade serta kehilangan elan pembebasannya.
Islam hari ini harus kembali pada elan pembebasan tersebut agar mampu menjadi agama yang universal, seperti yang termaktub dalam al-Qur’an. Ke-universalan agama ini menjadi polemik yang meresahkan ketika yang dihadapi adalah orang-orang yang fanatik dan tidak mampu menerima perbedaan. Konsep yang sangat normatif kiranya umat beragama mampu menikmati perbedaan tersebut.
Dengan demikian, proses penentuan pemimpin bangsa haruslah disesuaikan dengan kondisi kekinian- keindonesiaan. Politik umat berbangsa dan beragama harus mempunyai unsur sinkronisasi sehingga terpilih pemimpin yang mampu memberikan perlindungan dan menjadi pengayom bagi umatnya, bukan pemimpin yang haus akan kekuasaan dan harta. Apa sebenarnya yang ingin dicapai seseorang setelah menjadi pemimpin? Pertanyaan ini layak untuk di ajukan kepada mereka. Iklim demokrasi ini harus menjadi bahan evaluasi kita bersama. Siapa pun pemimpin bangsa ini, asalkan dia mampu memberikan pemikiran yang cemerlang bagi kemajuan bangsa dan dapat diaplikasikan dalam wujud yang riil, maka menjadi sebuah keharusan bagi kita untuk memberikan dukungan atas pemikiran tersebut. Perlu sinergisitas demokrasi dan pembebasan pemikiran demi terciptanya cita-cita bersama.
Saturday, February 7, 2009
Demokrasi dan Pembebasan
Collection demokrasi
Friday, January 30, 2009
Sebuah Harapan dan Tempaan
Namaku Zauzi, aku lahir di Sintang, Kalimantan Barat. hidup dalam lingkungan keluarga yang sederhana atau mungkin bisa dikatakan kekurangan, baik dari segi finansial maupun keilmuan. orang tuaku hanya tamatan SR (Sekolah Rakyat)atau SD. Anak ke empat dari empat bersaudara. saat aku kecil setiap hari aku bekerja membantu orang tuaku memenuhi kebutuhan hidup keluarga, tugasku adalah mencari umpan ternak sapi dan kambing. meskipun orang tuaku pernah memiliki banyak sapi dan kambing sebagai binatang ternak, namun itu bukan jaminan hidup yang serba berkecukupan. aku ikhlas membantu kedua orang tuaku karena aku tidak mau menjadi anak yang hanya bisanya berpangku tangan dan menadahkan tangan kepada mereka jika aku ingin meminta sesuatu. paling tidak ketika aku perlu sesuatu mereka juga mengerti keteladanan yang telah mereka berikan sehingga tidak akan terasa berat bagi mereka memberikan apa yang aku minta, selama mereka mampu pasti akan diberikan.
aku bangga dengan kedua orang tuaku meskipun mereka keras dalam mendidik aku dan saudara-saudaraku, aku begitu merasakan manfaatnya saat ini, saat aku jauh dari mereka. kakak tertuaku tinggal dengan nenek dan kakek di Jawa, dan kakak kedua serta abangku bersamaku dengan orang tua di Kalimantan. tidak ada perselisihan yang sangat berarti antara aku dan kedua saudara kandungku karena kami merasa tidak ada yang spesial di antara kami, semuanya sama.
dalam kehidupan yang sederhana aku, abangku dan kakak keduaku dituntut untuk menjadi anak yang berprestasi, bahkan harus bisa lebih dari anak-anak yang lainnya. merasa bahwa orang tua sangat berharap demikian, kami sebagai anak ingin melihat mereka bangga dengan hasil kerja keras dan pengorbanan mereka selama ini. dalam remang-remang pelita kami selalu belajar bersama, bahkan saat aku belum sekolah, aku telah ikut serta belajar dengan kedua saudaraku, aku mulai dari belajar mengenal huruf dan belajar membaca. abang dan kakakku tidak merasa terganggu dengan kehadiranku saat mereka belajar, meskipun aku nakal tapi aku bisa memahami situasi meskipun aku hanya anak kecil. kakakku sangat ulet mengajariku membaca sedangkan abangku mengajariku berhitung. sungguh sebuah kebanggan yang sangat berharga bagiku. saat aku mulai memasuki bangku sekolah, aku sudah lancar membaca dan pandai berhitung (untuk ukuran anak yang baru sekolah). nilaiku bagus dan aku berhasil memperoleh peringkat lima besar saat raport dibagikan. dengan bangga aku sodorkan raportku dengan bapak untuk di tanda tangani, tidak takut dimarahi karena nilainya jelek atau merah, paling bapak dan ibu bilang " belajarnya ditambah, jangan banyak main biar bisa rangking satu". kalimat yang singkat namun sangat berarti bagiku.
setelah lulus SD aku melanjutkan sekolah di SMP. nilaiku sangat memuaskan karena di awal memasuki bangku SMP aku bisa mengambil posisi peringkat 2 di kelas. merasa banyak pesaing, aku semakin rajin belajar. pulang dari sekolah aku mencari rumput untuk kambing dan abangku mencari rumput untuk sapi. selisih 1 tahun umurku dengan abangku membuat jarak sekolahnya juga demikian. saat aku kelas dua dan abangku kelas tiga, kami berdua sama-sama memperoleh rangking 2 dan 1 umum, dan pada saat itu yang mengambil raport adalah ibuku. ketika kepala sekolah memberikan raport, kepala sekolah bertanya kepadaku:" mana orang tua atau walinya? dan ibuku menjawab:" saya pak, saya ibunya mas'ud (nama lengkapku mas'ud zauzi). seketika itu juga kepala sekolah memberikan apresiasi kepada ibu tercintaku dengan ucapan selamat telah mempunyai anak yang berprestasi. selain itu, kepala sekolah juga memberikan ceramah di hadapan ratusan orang tua/ wali murid dengan menyebut nama kami berdua agar bisa ditiru oleh anak-anak yang lain, memberikan kebanggaan kepada orang tua. aku sangat terharu saat itu, begitu pun abangku dan ibu yang terlihat mengusap air mata bahagianya.
aku melanjutkan sekolahku ke tingkat SMA sampai lulus tahun 2004. saat aku kelas dua dan abangku kelas tiga, menjelang ulangan umum, bapak masuk rumah sakit karena penyumbatan pembuluh jantung. ibu sedang pergi ke sanggau pada saat itu, dan kakakku telah tamat sekolah langsung bekerja di malaysia. hanya aku dan abangku yang menjaga bapak. untuk sementara aku ijin tidak masuk sekolah karena tidak ada yang menjaga bapak. kami berdua bergiliran. bingung dan bimbang karena ulangan sudah dekat dan uang untuk biaya rumah sakit tidak punya. setiap saat hanya ratapan air mata dan do'a yang bisa aku miliki. seminggu bapak di rawat di rumah sakit dan ibu pulang dua hari menjelang bapak di bawa pulang. sampai saat ini, sampai tulisan ini ditulis, bapak sudah tidak bisa bekerja, hanya diam dirumah.
sebagai anak laki-laki tertua, karena anak pertama dan kedua adalah cewek, maka abangku mengambil alih tugas bapak. tamat sekolah abang tidak bisa melanjutkan kuliah karena tidak ada biaya. namun aku sebagai anak bungsu, aku memiliki semangat yang berapi-api untuk bisa melanjutkan kuliah setelah tamat SMA. meskipun bapak dan ibu merasa berat, namun kakak dan abangku berjanji akan membiayai kuliahku. kata mereka: paling tidak diantara kita ada yang mengenyam pendidikan tinggi dan bisa merubah keadaan keluarga.
saat keinginanku untuk kuliah diketahui para tetangga, banyak komentar yang sangat membuat kami down, tidak ada support dari mereka, yang ada hanya saran alangkah baiknya kalau aku langsung kerja saja. namun, tekadku dan kedua saudaraku cukup kuat, dengan dana seadanya, aku nekad daftar kuliah dan alhamdulilah aku lulus UMPTN di STAIN Pontianak, kini statusku adalah mahasiswa (pada saat aku baru memasuki bangku kuliah). di awal kuliah, aku berjanji kepada abangku dan kedua orang tuaku, aku akan bisa menyelesaikan studi dalam waktu yang cepat jika tidak ada halangan yang berarti. janjiku menjadi tekad yang sangat kuat dalam hatiku, karena aku menyadari biaya kuliah tidak sedikit dan kebutuhan semakin banyak. setelah semester enam, aku berhasil mengajukan proposal penelitian skripsiku. namun perjalanan tidak mudah, tidak berapa lama setelah aku mengajukan proposal penelitian, bapak kembali masuk rumah sakit dan selama 3 hari tidak sadar. badan bapak terasa dingin dan kaku. aku yang berada di pontianak sangat terkejut dan menangis ketika abang iparku memberi tahu kalau bapak masuk rumah sakit. saat itu aku sedang OSPEK mahasiswa baru, dan genap 3 bulan setelah aku keluar dari rumah sakit karena operasi usus buntu. dalam keadaan gelisah, aku pelang ke sintang menggunakan sepeda motor sendirian, padahal jarak yang harus aku tempuh adalah 9-10 jam perjalanan, namun karena dalam keadaan yang tidak menentu aku bisa menempuhnya dalam waktu kurang dari 6 jam, sebuah kecepatan yang tak terbayangkan oleh ku sebelumnya. begitu sampai dirumah sakit, kening bapak yang pertama kucium dan kemudian menyalami ibu dan abangku serta keluarga yang ada saat itu. beberapa saat setelah aku datang, bapak mulai terlihat siuman, kami sedikit bahagia. kebahagiaan itu kemudian sedikit berkurang karena setelah siuman bapak tidak mengenali kami semua, kecuali aku. setelah ditanyakan kepada dokter yang merawat, dokter bilang bapak terkena gejala stroke dan mengalami kerusakan pembuluh syaraf. meskipun hanya satu minggu namun biaya yang dikeluarkan cukup banyak, belum lagi baru tiga bulan aku keluar dari rumah sakit yang sama karena operasi usus buntu. bapak di bawa pulang. namun esok harinya aku kembali kerumah sakit karena ternyata sebelum bapak sakit, abangku telah di vonis dokter penyakit dalam terkena usus buntu, sama denganku. akhirnya aku membawa abang kembali kerumah sakit, kali ini hanya aku yang menjaganya karena ibu harus menjaga bapak dirumah.
saat bapak keluar dari rumah sakit bertepatan awal puasa ramadhan sehingga awal puasa aku habiskan dirumah sakit untuk menjaga abangku.lima hari abangku dirawat di rumah sakit dan langsung aku bawa pulang karena kondisi fisiknya cukup baik dan dokter mengijinkan abangku dibawa pulang.ramadhan yang kelam saat itu.
setelah kurang lebih 1 bulan aku dirumah, akhirnya aku pulang ke pontianak karena aku harus ujian semester. aku kembali dengan aktivitas kuliahku. semester 7 aku sidang proposal penelitian dan proposal diterima dengan predikat sangat baik. aku semakin giat mengerjakan perbaikan proposal agar semakin cepat mendapatkan SK pembimbing, namun sayang dosen penguji seminar proposalku pergi ke Eropa untuk waktu yang lumayan lama, 2 bulan sedangkan untuk mendapatkan SK itu harus ada tanda dosen penguji seminar. saat itu aku di sibukkan dengan praktek kerja lapangan (PKL). akhirnya dosen penguji yang aku tunggu pulang dan waktu yang ada aku gunakan semaksimal mungkin sehingga akhir semester 7 aku bisa maju sidang skripsi. aku meneliti tentang Prinsip Ekonomi Kerajaan Islam Sintang (studi komparatif naskah undang-undang atau aturan adat kerajaan Islam Sintang tahun 1238 Hijriyah dengan ilmu ekonomi Islam). dalam sidang yang berlangsung 1,5 jam, akhirnya aku dinyatakan lulus dengan nilai A untuk skripsi dan nilai sidang itu sendiri. kini cita-cita dan janjiku terpenuhi, aku menyelesaikan studi S-1 dalam waktu 3,5 tahun dengan yudicium cumlaude. karena predikat ini, kembali aku membuat bangga orang tuaku dan khususnya ibu,abang dan abang iparku yang hadir dalam acara wisudaku. bangga ketika tampil kedepan untuk menerima penghargaan dari kampus bagi mahasiswa berprestasi dengan predikat cumlaude.
sungguh perjuangan yang berat dan begitu membutuhkan banyak pengorbanan....aku bangga dengan keluarga besarku, kedua orang tuaku yang telah mendidik aku dari kecil sampai sekarang, kedua kakakku dan abang yang rela mengorbankan masa depannya demi aku. kini saatnya aku berjuang demi masa depan keluarga yang selama ini kita impikan bersama, aku yang menanggung harapan kalian. aku ingin memberikan kebanggaan yang sangat berarti buat kalian semua, terutama kedua ibu-bapak yang semakin senja usianya. aku sayang dengan kalian semua...do'akan aku bisa menggapai cita-cita keluarga dan cita-citaku sendiri.
Collection history