ONLINE TRADING FOREX, GOLD, DAN INDEKS SAHAM ASIA BERSAMA ZAUZI DI PT. VICTORY INTERNATIONAL FUTURES PONTIANAK

Monday, June 29, 2009

Nostalgia Perjuangan Bangsa

Oleh: Masngud Zauzi, S.EI

Perjuangan bangsa ini cukup panjang dan melelahkan. Berawal dari zaman kerajaan yang masih bersaing untuk saling menguasai nusantara dan mempertahankan kehidupan yang majemuk di atas penjajahan asing. Perjuangan menyatukan semua kerajaan yang menyebar dalam gugusan nusantara bukanlah hal yang mudah, apalagi ego kerajaan besar yang memiliki daerah kekuasaan yang luas. Namun, kehadiran bangsa lain justru menjadikan para pemimpin di setiap kerajaan menyatakan diri untuk bersatu mengusir bangsa asing yang menggerogoti kekayaan nusantara, serta penindasan yang mereka lakukan kepada rakyat. Dengan persatuan itu mampu membuahkan hasil yang mereka inginkan. Namun, hal itu tidak berlangsung lama karena ternyata bangsa asing kembali ke bumi nusantara yang kaya ini. Mereka sangat tertarik untuk menguasai kekayaan alam yang dimiliki nusantara. Perjuangan dan pertempuran yang mengalirkan darah dan mengorbankan jiwa raga kembali menjadi jalan untuk mempertahankan bumi nusantara ini.
Zaman kerajaan telah berlalu begitu lama, jauh meninggalkan sejarah bangsa ini, namun sisa-sisa perjuangan dan zaman itu tidak pernah lepas dari ingatan kita. Bagaimana kegagahan Patih Gajah Mada mempersatukan bumi nusantara ini dan juga bagaimana kebesaran kerajaan Majapahit kala itu. Tidak ada yang meragukan sejarah bangsa itu. Namun bagaimana sejarah yang begitu berharga mampu untuk kita pertahankan dan kita sampaikan kepada generasi penerus kita kelak, yang mungkin saat ini belum terlahirkan? Jika sejarah hanya menjadi sejarah, tidak dijadikan pelajaran dan tidak mendapatkan tempat yang layak dalam kehidupan kita dan juga bangsa ini. Banyak yang dapat kita simpulkan dari sekian banyak sejarah perjuangan bangsa ini, beragam kekayaan sejarah seharusnya mampu membangkitkan kita dari mimpi indah sebuah nostalgia bangsa.
Setelah melewati masa zaman kerajaan, bangsa ini kemudian melewati masa perjuangan dan peradaban yang sedikit lebih maju dan modern. Namun, bangsa ini masih harus mempertahankan bumi nusantara yang terus dijajah oleh bangsa asing. 350 tahun bangsa ini terus dijajah dan akhirnya kita dapat memerdekakan diri dari penjajahan itu setelah Jepang luluh-lantah akibat serangan balasan Amerika dengan menjatuhkan bom atom di Nagasaki dan Hiroshima. Soekarno yang kala itu dijadikan figur pemimpin oleh para pejuang terus didesak untuk segera membacakan pernyataan merdeka dari penjajahan asing. Dan akhirnya, 17 agustus 1945 Soekarno-Hatta membacakan teks proklamasi, yang mengisyaratkan bahwa bangsa Indonesia telah merdeka dari penjajahan asing. Hari bersejarah itu sampai saat ini masih terus dijadikan hari yang sangat bersejarah dan masih terus dirayakan dengan segala macam acara rakyat.
Begitulah sekilas tentang sejarah bangsa yang sangat panjang ini. Semoga sejarah ini dapat dijadikan bahan dasar pola pikir kita dalam menyelami tulisan ini selanjutnya.
Setelah sekian lama bangsa ini merdeka, keinginan untuk mewujudkan negara yang demokratis, adil dan sejahtera ternyata belum juga terealisir. Bahkan sekarang ini kecenderungan yang muncul dan tampak bukanlah kemajuan, namun keterpurukan. Satu kondisi yang sungguh sangat ironis dan menyedihkan. Dari zaman orde lama, orde baru dan era reformasi, keterpurukan masih menghantui bangsa ini. Proses pembangunan yang dijalankan Orde Baru “mungkin secara ekonomi membawa kemajuan, akan tetapi secara umum belum mampu menghantarkan bangsa ini ke arah kemajuan yang berarti (Subangun, 2004). Bahkan ada kecenderungan pembangunan yang dilakukan pada zaman Orde Baru memunculkan banyak persoalan, seperti kesenjangan sosial; baik antar individu, kelompok, dan juga antar kawasan, tidak adanya penegakan hukum, dan bahkan pengebirian demokrasi itu sendiri.
Gaya hidup pemimpin kita dimasa Orde Baru sangat sentralistik sehingga indahnya bahasa-bahasa Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) hanya dikenal untuk elit bangsa yang ada dipusat. Era reformasi yang berawal sejak tahun 1998 sampai sekarang belum memberikan dampak yang cukup berarti, meskipun telah banyak perubahan dalam diri bangsa ini. Sebagai contoh, korupsi pada masa ORBA hanya dikenal untuk elit-elit bangsa yang ada di pusat, namun pasca reformasi korupsi merajalela hingga ke daerah terpencil. Dari mulai legislatif, eksekutif, hakim, aparat keamanan, lembaga pendidikan, bahkan sampai di tingkat desa sekalipun. Mungkin ini adalah salah satu perubahan yang sangat nampak dalam kehidupan kita saat ini. Jika pada masa ORBA terjadi pengebirian demokrasi, era reformasi terjadi pengkhianatan demokrasi. Ini merupakan masa-masa kritis bangsa yang perlu segera disembuhkan. Kita bisa melihat berapa banyak pemimpin bangsa yang justru merugikan bangsa ini. Mereka ada pengkhianat kedaulatan bangsa dan juga pengkhianat perjuangan bangsa yang telah tertulis dalam sejarah bangsa ini. Menurut penulis, sangat layak jika para koruptor dan pengkhianat bangsa ini di hukum mati, bila perlu abaikan saja hak asasi manusia karena apa yang mereka lakukan telah banyak mengorbankan rakyat kecil dan membuat masyarakat kecil sebagai korban keserakahan mereka. Akibat ulah para koruptor kemiskinan semakin meningkat dan angka kriminalitas semakin meningkat pula.
Ada tiga faktor utama yang melahirkan kemiskinan rakyat di dunia, termasuk negeri maju, yang dapat dilihat dari indeks kualitas hidup, indeks kemiskinan manusia, dan kesenjangan dalam alokasi kekayaan sumber daya alam antara 20% lapisan atas dan 20% lapisan bawah, yaiytu korupsi yang sudah merupakan gaya hidup, jerat hutang, dan globalisasi neoliberal (subangun, 2004).
Perjuangan para pahlawan kita seolah tak ada artinya jika kita bandingkan dengan gaya hidup elit bangsa kita saat ini. Berapa banyak para wakil rakyat yang menolak kenaikan gaji mereka dan berapa banyak yang bersuka cita memperjuangkan kenaikan gaji itu? Kita bisa melihat betapa kronisnya penyakit yang mendera bangsa ini, betapa sulit untuk kita bangkit jika bangsa ini terus berjalan ditempat atau bahkan berjalan mundur. Dapatkah demokrasi berkembang di Indonesia dan bagaimana kemungkinan-kemungkinannya di negeri yang sedang dilanda berbagai masalah ini? Banyak hal yang harus segera diperbaiki untuk kemajuan bangsa ini, terutama moral elit politik, bukan moral warga negaranya. Jangan sampai perjuangan masa lalu benar-benar menjadi tidak berarti sama sekali untuk saat ini, dan tidak bisa menjadi pelajaran yang sangat berharga. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah dan menjadikannya pelajaran.

next... next...

Berburu Dollar

readbud - get paid to read and rate articles