ONLINE TRADING FOREX, GOLD, DAN INDEKS SAHAM ASIA BERSAMA ZAUZI DI PT. VICTORY INTERNATIONAL FUTURES PONTIANAK

Saturday, February 7, 2009

Demokrasi dan Pembebasan

Demokrasi dan Pembebasan
Oleh : Masngud Zauzi

Manusia adalah pemilik ”kekuasaan” di muka bumi ini. Setiap penguasa memiliki kebebasan untuk mengelola dan memanfaatkan segala sumber daya yang terdapat dalam wilayah kekuasaannya. Namun kebebasan tersebut tentunya memiliki batasan, hal ini dikarenakan di atas penguasaan tersebut ada penguasa yang Maha Kuasa, yaitu Tuhan semesta alam. Menurut Asghar Ali Enginner, salah satu fungsi Tuhan yang paling esensial adalah rubbubiyah yang di definisikan oleh imam Raghib Isfahani sebagai pembimbing ciptaan-Nya melalui tahap-tahap evolusi yang berbeda menuju arah kesempurnaan.
Melihat kondisi manusia yang pada hari ini berada dalam tataran haus akan kekuasaan, maka perlu adanya ”pelurusan motivasi” dalam menuju istana penguasaan yang diinginkannya. Oleh karena itu, pemahaman akan kemampuan manajemen hati dan pemikiran sangatlah diperlukan dan harus tersampaikan pada kalangangan yang lebih luas (stakeholder). Nabi muhammad telah mengajarkan tentang manajemen hati dan pemikiran yang beliau sampaikan atau tuangkan dalam piagam Madinah (Sahifah). Sebuah perjanjian yang mampu mengakomodir segala kepentingan bersama antara kaum muslimin dan umat yang berada diluar umat muslim.
Nicholson mengatakan, ”tidak seorang peneliti pun yang tidak terkesan pada kejeniusan politik penyusunnya (Nabi Muhammad). Nyatalah bahwa memperbaharui dengan hati-hati dan bijaksana adalah realitas suatu revolusi. Muhammad tidak menyerang secara terbuka independensi suku-suku tersebut, tetapi memusnahkan pengaruhnya dengan mengubah pusat kekuatan dari suku ke masyarakat”.
Muhammad SAW menyusun suatu persetujuan yang menetapkan ketentuan-ketentuan yang disepakati bersama, bukan mendirikan sebuah ”negara teologis”. Semua kelompok agama dan kelompok suku diberikan otonomi penuh untuk memelihara tradisi dan kebiasaan masking-masing. Melihat dari pendapat di atas, akan memunculkan pertanyaan; ”sudahkah para pemimpin kita mampu menciptakan dan menawarkan pemikiran yang cemerlang, secermerlang pemikiran nabi Muhammad SAW? Kondisi yang ada hari ini adalah para penguasa hanya mampu menawarkan dan melontarkan pemikiran-pemikiran radikal yang dapat memecah-belah keharmonisan umat yang telah tercipta dan terjalin begitu lama. Atau hanya mampu melontarkan pemikiran yang menjadi bola panas untuk meraup keuntungan pribadi. Pemimpin bangsan hanya mementingkan kelompoknya sendiri dan mengutamakan kepentingan golongannnya sendiri dibanding kepentingan umat (orang banyak).
Islam, pada masa kejayaannya mampu memberikan terobosan yang sangat luar biasa bagi dunia. Islam mampu menguasai wilayah laut merah dan mampu memberikan kesejahteraan masyarakat yang hidup dii wilayah tersebut. Hal tersebut dapat terjadi karena Islam mampu mempertahankan nilai-nilai yang di ajarkan oleh al-Qur’an seutuhnya. Sesuatu yang sangat kontradiksi dengan kondisi yang ada saat ini. Pada masa awal Islam, motif utama yang menjadi tugas agam ini adalah pembebasan. Pembebasan yang mencakup masalah perbudakan, penindasan, penghapusan praktek riba yang dilakukan para pedagang, penghilangan hak-hak asasi manusia, dan segala pembebasan yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai Qur’ani. Setelah imperium Bynzantium dan saat Persia berhasil ditaklukan, Islam berubah menjadi feodal dan menjadi kekuatan eksploitatif yang terlembaga selama beberapa dekade serta kehilangan elan pembebasannya.
Islam hari ini harus kembali pada elan pembebasan tersebut agar mampu menjadi agama yang universal, seperti yang termaktub dalam al-Qur’an. Ke-universalan agama ini menjadi polemik yang meresahkan ketika yang dihadapi adalah orang-orang yang fanatik dan tidak mampu menerima perbedaan. Konsep yang sangat normatif kiranya umat beragama mampu menikmati perbedaan tersebut.
Dengan demikian, proses penentuan pemimpin bangsa haruslah disesuaikan dengan kondisi kekinian- keindonesiaan. Politik umat berbangsa dan beragama harus mempunyai unsur sinkronisasi sehingga terpilih pemimpin yang mampu memberikan perlindungan dan menjadi pengayom bagi umatnya, bukan pemimpin yang haus akan kekuasaan dan harta. Apa sebenarnya yang ingin dicapai seseorang setelah menjadi pemimpin? Pertanyaan ini layak untuk di ajukan kepada mereka. Iklim demokrasi ini harus menjadi bahan evaluasi kita bersama. Siapa pun pemimpin bangsa ini, asalkan dia mampu memberikan pemikiran yang cemerlang bagi kemajuan bangsa dan dapat diaplikasikan dalam wujud yang riil, maka menjadi sebuah keharusan bagi kita untuk memberikan dukungan atas pemikiran tersebut. Perlu sinergisitas demokrasi dan pembebasan pemikiran demi terciptanya cita-cita bersama.

next... next...

Berburu Dollar

readbud - get paid to read and rate articles