ONLINE TRADING FOREX, GOLD, DAN INDEKS SAHAM ASIA BERSAMA ZAUZI DI PT. VICTORY INTERNATIONAL FUTURES PONTIANAK

Sunday, February 22, 2009

MAHASISWA KACANGAN dan CALEG TAK TERDIDIK

Oleh : Masngud Zauzi, SE.I

Alam demokrasi terus berjalan dan sebagian besar merupakan hasil kerja keras mahasiswa era awal reformasi, yang berjuang demi merebut kebebasan dari pemimpin Orde Baru yang dianggap otoriter dan kaku. Tidak ada ruang bagi siapapun untuk berkumpul dan berserikat meskipun diatur dalam Undang-undang yang merupakan dasar Negara, tepatnya pada pasal 28. Kekuasaan seperti inilah yang mengkhianati dasar Negara , yang seharusnya dijunjung tinggi oleh setiap warga negaranya. Pengkhianatan pemimpin bangsa ini menjadi boomerang dan memancing amarah kalangan muda bangsa. Melihat pada sejarah perjuangan bangsa dalam merebut kemerdekaan dari tangan penjajah asing, Belanda dan Jepang, kaum muda bangsa ini bergerak sedemikian aktif bahkan sampai terjadi penculikan terhadap Soekarno untuk memaksa Soekarno segera menyatakan kemerdekaan bangsa Indonesia setelah mendengar berita tentang pengeboman di Hirosima dan Nagasaki. Dari desakan yang terus dilakukan oleh kaum muda bangsa ini, akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia, bangsa yang sangat kita cintai menyatakan merdeka dari penjajahan asing setelah dibacakan Pro, meskipun setelah itu bangsa ini masih harus menumpahkan darah membasmi PKI dan pemberontakan-pemberontakan lainnya.
Bagaimana dengan perjuangan kaum muda bangsa saat ini? Kalau boleh dikatakan, bangsa ini tidak lagi memiliki kaum muda, sebab bergerak atau tidak, mereka tetap saja dianggap tidak ada. Kita boleh lihat saja ketika banyak mahasiswa pasca reformasi melakukan unjuk rasa (demonstrasi) menyuarakan penderitaan dan ketidakwajaran atas sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan rakyat secara menyeluruh, pimpinan nasional tidak lagi mendengarnya, dan pada akhirnya memancing emosi kalangan muda bangsa ini-bentrok dengan aparat kepolisian yang menjaga jalannya demonstrasi tersebut. Dibeberapa daerah, seperti di Makasar, telah terjadi banyak kerusuhan antara mahasiswa dengan aparat saat terjadinya demonstrasi. Untuk mahasiswa di Pontianak masih jauh dari hal-hal yang brutal seperti itu, karena aktivis-aktivis mahasiswa di Pontianak banyak yang lebih senang dengan politik praktis, memilih yang aman-aman saja. Meskipun terjadi orasi pada saat berunjuk rasa, penulis menganggapnya hanya untuk partisipasi sesaat dan tidak ada follow up atas materi yang mereka sampaikan pada saat demonstrasi. Hal ini yang menjadikan demonstrasi yang dilaksanakan habis seiring waktu berjalan dan tidak membawa hasil sesuai dengan harapan yang diinginkan.
Kondisi ini diperparah lagi dengan semakin minimnya generasi muda yang kritis dikalangan mahasiswa kita. Semakin senja usia bangsa ini, semakin menipis pula aktivis-aktivis kampus, yang banyak terlahir di kampus-kampus adalah mahasiswa ala selebritis, yang datang ke kampus dengan dandanan yang overvalued, style yang modis ala selebritis papan atas yang gemar kawin-cerai. Jika dilihat lebih jauh tentang aktivitas mahasiswa kita saat ini, mereka lebih senang dengan suasana glamour dari pada dunia akademis. Mereka datang ke kampus hanya untuk isi absent, dapat tanda tangan dosen, dengar ceramah dosen (masih mending kalau mendengarkan), ke kantin dan pulang. Selebihnya saat mereka di luar kampus mereka ke mall untuk shoping atau hanya sekedar jalan-jalan, survey mode terbaru yang lagi in, atau datang di acara-acara konser musik atau acara-acara entertainment lainnya. Hanya bisa dihitung dengan sebelah tangan mahasiswa yang benar-benar menghargai statusnya sebagai mahasiswa. Inilah yang penulis katakan sebagai mahasiswa kacangan, yang hanya bagus dikulitnya tapi isinya tidak ada. Kondisi seperti ini lebih diperparah dengan semakin senangnya mahasiswa jika waktu libur datang, mereka lebih senang dengan banyak libur padahal seharusnya mereka merasa rugi karena telah mengeluarkan biaya yang banyak. Akankah kondisi mahasiswa kita akan terus seperti ini?
Kalangan muda (mahasiswa) yang sedang diambang pintu degradasi membuat kalangan akademis dan masyarakat kita gerah, dan dengan kondisi yang seperti ini membuat pimpinan nasional kita dan kalangan kapitalis bersorak sorai, bertepuk tangan dan berpesta pora. Undang-undang BHP salah satu bukti kegembiraan kedua kelompok yang penulis sebutkan di atas. Kedua kelompok tersebut berserikat untuk meyusun undang-undang yang akan mempersulit generasi muda bangsa ini mengenyam pendidikan tinggi, apalagi mahasiswa dari kalangan menengah kebawah.
Ketika bangsa ini rapuh, saat Pemilu legislative mendatang kita akan melihat para kandidat dewan yang tak lain adalah mereka yang memiliki kelebihan financial dan sulit mendapatkan pekerjaan, sehingga mereka mencoba untung-untungan (gambling) menjadi caleg, sejujurnya mereka tidak mengerti keadaan bangsa ini dan tidak mengerti apa yang rakyat butuhkan saat ini. Penulis berani menyatakan demikian karena selama ini wajah-wajah mereka tidak pernah terlihat dalam kegiatan yang membela kepentingan rakyat. Mungkinkah kita akan memilih mereka yang tidak mengerti kebutuhan mereka. Mereka sama sekali tidak terdidik untuk dirinya sendiri, apalagi mendidik rakyat bangsa ini yang begitu banyak. Mereka hanya mementingkan kepentingan mereka sendiri. Kita lihat saat sekarang, ketika krisis global mengancam kesejahteraan rakyat kita, adakah mereka turun atau angkat bicara mencari solusi yang tepat untuk menenangkan masyarakat kita? Tidak ada sama sekali, justru mereka sibuk mencari dana kampanye dan mencari dukungan kesana-kemari. Idealnya seorang calon wakil rakyat menarik simpati dan dukungan dengan kerja yang riil. Jangan hanya baik saat mau naik, tapi setelah duduk dikursi empuk dewan noleh pun tidak sudi. Mulai dari saat ini mungkin layak bagi para caleg untuk belajar, jangan sampai menjadi caleg yang tak terdidik-hati nurani dan memiliki kualitas moral yang tidak baik sehingga bangsa ini semakin rapuh tatanan strukturalnya karena kehadiran caleg yang kelak duduk manis dikursi empuk itu.bangsa ini perlu perubahan bukan perlu penggantian atau penggeseran actor politik. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kalangan muda yang masih menempuh pendidikan dan kaum muda yang sedang berusaha memperoleh kursi empuk legislative.

next... next...

Berburu Dollar

readbud - get paid to read and rate articles